KATA
PENGANTAR
Puji syukur saya limpahkan atas
kehadiran Tuhan semesta alam, Allah Subhanahu Wa Ta’ala, yang telah melimpahkan
segala karunia rahmat dan hidayah-Nya. Sehingga, pembuatan makalah yang
merupakan tugas kelompok dalam mata
kuliah Filsafat Ilmu Komunikasi ini dapat saya selesaikan dengan
sebaik-baiknya. Shalawat serta salam pun selalu tercurah kepada junjungan kita,
baginda Rasulullah Muhammad shalallahu ‘alaihi wassalam, yang dengan
kehadirannya Islam dapat sampai kepada kita hari ini.
Proses pembuatan makalah dengan tema
“Kriteria dan Cara Penemuan Kebenaran”
ini pun dapat berjalan dengan baik dan lancar berkat bantuan dari berbagai
pihak, yang tak bisa saya
sebutkan satu persatu namanya disini. Maka dari itu, saya menyampaikan terima
kasih kepada pihak-pihak tersebut.
Saya
menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Maka dari itu, saya menyampaikan maaf jika
ada beberapa kesalahan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua.
Yang sempurna datang dari Allah, sementara manusia hanyalah tempat salah.
PENDAHULUAN
Salah
satu produk yang fundamental dan senantiasa actual dalam pergerumulan hidup
manusia merupakan upaya mempertahankan membahasakan kebenaran. Kebenaran boleh
dibilang merupakan tema yang tak pernah tuntas untuk diangkat ke ranah akal dan
batin manusia. Kebenaran menurut aksi leksikalnya adalah keadaan (hal) yang
cock dengan keadaan (hal) yang sesungguhnya. Itu berarti kebenaran merupakan
tanda yang dihasilkan oleh pemahaman atau kesadaran yang menyatu dalam bahasa
logis, jelasm dan terpilah-pilah (Bagus , 1981:86).
Susahnya
mendefinisikan kebenaran, ibarat orang buta menjelaskan gajah. Ada orang buta
yang menjelaskan gajah itu panjang, karena yang ia sentuh adalah belalai gajah.
Sementara temennya yang juga buta akan mengatakan bahwa gajah itu tipis dan lebar
(merujuk pada telinga gajah). Bahkan ada pula orang buta yang mendefinisikan
bahwa gajah itu lembek (merujuk pada kotoran gajah). Tentu masing-masing
definisi tidak ada yang salah, namun juga tidak bisa dikatakan benar seratus
persen. Kira-kira seperti itulah gambaran mendefinisikan pengertian kebenaran.
Tiap ahli yang memaparkan ide tentang sudut pandang kebenaran termasuk
bagaimana membuktikannya.
PEMBAHASAN
Secara
etimologi, kata “benar” mempunyai arti :
1. Tidak salah, lurus, dan adil.
(contoh dalam kalimat “hitungannya benar.”).
2. Sungguh-sungguh,tidak bohong.
(contoh dalam kalimat “kabar itu benar.”).
3. Sesungguhnya, memang demikian halnya.
(contoh dalam kalimat (benar, ia tidak bersalah, tapi
ia terlibat dalam perbuatan ini.”).
4. Sangat, sekali.
(contoh dalam kalimat “enak benar mangga ini.”).
Sedangkan
secara epistemology (istilah), pengertian kebenaran dapat dilihat dari berbagai
teori mengenai kebenaran, yang antara lain :
1.
Teori koherensi
Menurut teori ini, suatu pengetahuan, teori, pernyataan,
proposisi atau hipotesis dianggap benar bila ia sejalan dengan pengetahuan,
teori, proposisi, atau hipotesis lainnya, yakni kalau proposisi itu meneguhkan
dan konsisten dengan sebelumnya. Jika “semua manusia pasti akan mati.” Akan
benar, maka “si A, akan mati” adalah benar juga.
2.
Teori korespondensi
Suatu pernyataan akan benar jika ia berhubungan dengan
objek yang dituju oleh pernyataan itu. Contoh, “Jakarta adalah Ibu Kota
Indonesia” adalah benar karena sesuai dengan fakta.
3.
Teori pragmatis
Suatu pernyataan dinilai benar jika dinilai
konsekuensi dari pernyataan itu mempunyai kegunaan praktis bagi kehidupan
manusia. Contoh “memakai helm wajib bagi pengendara sepeda motor”, adalah benar
karena pernyataan tersebut berguna dalam kehidupan praktis.
4.
Teori koherensi
Menurut teori ini sesuatu dianggap benar bila ia
berkaitan dengan pernyataan sebelumnya yang sudah pasti benar. Misalnya,
pernyataan bahwa “presiden Indonesia tidak dapat dijatuhkan oleh parlemen”
adalah benar karena bertalian dengan pernyataan sebelumnya, yakni “Indonesia
menganut system pemerintahan presidensial”.
Sedangkan
kebenaran dibagi menjadi dua kategori yang berbeda, yaitu kebenaran ilmiah dan
kebenaran non-ilmiah. Kebenaran yang diperoleh secara mendalam berdasarkan
proses penelitian dan penalaran logika ilmiah. Kebenaran ilmiah ini dapat
ditemukan dan diuji dengan kebenaran pragmatis, koresponden dan koheren.
Berbeda dengan kebenaran ilmiah yang diperoleh berdasarkan dengan penalaran
dengan logika ilmiah, ada juga kebenaran karena factor-faktor non-ilmiah.
Diantaranya kebenaran non-ilmiah
adalah:
·
Kebenaran karena kebetulan
Kebenaran yang didapat dari kebetulan dan tidak
ditemukan secara ilmiah. Tidak dapat ditemukan secara ilmiah. Tidak dapat
diandalkan karena kadang kita sering tertipu dengan kebetulan yang tidak bisa
dibuktikan. Namun satu atau dua kebetulan bisa menjadi perantara kebenaran
ilmiah, misalnya penemuan Kristal Urease oleh Dr. J. S. Summers.
·
Kebenaran karena akal sehat (common sense)
Akal sehat adalah serangkaian konsep yang dipercayai
dapat memecahkan masalah secara praktis. Kepercayaan bahwa hukuman fisik
merupakan alat utama untuk pendidikan adalah termasuk kebenaran akal sehat.
Peneliti psikologi membuktikan bahwa hal itu tidak benar.
·
Kebenaran Agama dan Wahyu
Kebenaran mutlak dan hak asasi Tuhan. Beberapa hal
masih bisa dinalar dengan pancaindera manusia, tetapi sebagian hal lain tidak
karena sebagian lainnya membutuhkan keyakinan (keimanan).
·
Kebenaran intuitif
Kebenaran yang didapat dari proses luar sadar tanpa
menggunakan penalaran dan proses berfikir, kebenaran intuitif sukar dipercaya
dan tidak bisa dibuktikan, hanya sering dimiliki oleh orang yang berpengalaman
lama dan mendarah daging di suatu bidang. Contohnya adalah Mbah Maridjan yang
beberapa waktu lalu tidak mau diungsikan dari gunung merapi dengan alasan
merapi tidak akan meletus. Kebenaran bahwa merapi tidak akan meletus didapat
Mbah Maridjan atas dasar intuisi.
·
Kebenaran karena trial
and error
Kebenaran yang diperoleh karena mengulang-ulang pekerjaan,
baik metode, teknik, materi, dan parameter-parameter sampai akhirnya menemukan
sesuatu. Memerlukan waktu lama dan biaya tinggi.
·
Kebenaran spekulasi
Kebenaran karena adanya pertimbangan meskipun kurang
dipikirkan secara matang. Dikerjakan dengan penuh resiko, relative lebih cepat,
dan biaya yang lebih rendah dibandingkan dengan trial-error.
·
Kebenaran karena kebibawaan
Kebenaran yang diterima karena kewibawaan seseorang.
Seseorang tersebut bisa disebut ilmuan, pakar, atau ahli yang memiliki kompetensi
dan otoritas dalam suatu bidang ilmu. Kadang kebenaran yang keluar darinya
diterima begitu saja tanpa perlu diuji. Kebenaran ini bisa benar tapi juga bisa
salah karena tanpa prosedur ilmiah.
·
Kebenaran karena kekuasaan
Yaitu, sesuatu menjadi benar atau salah karena adanya
intervensi kekuasaan. Contohnya adalah invasi Amerika Serikat ke Irak, yang
menjadi benar karena Amerika Serikat memiliki kekuasaan (power).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar