Entri yang Diunggulkan

[ANALISA FENOMENA] Pro / Kontra Kurikulum 2013

     Masalah sosial muncul akibat terjadinya perbedaan yang mencolok antara nilai dalam masyarakat dengan realita yang ada. Yang dapat menj...

Senin, 07 Maret 2016

[MAKALAH} Tradisi Kritis - Teori Komunikasi - Fakultas Ilmu Komunikasi

KATA PENGANTAR

            Puji syukur kami limpahkan atas kehadiran Tuhan semesta alam, Allah Subhanahu Wa Ta’ala, yang telah melimpahkan segala karunia rahmat dan hidayah-Nya. Sehingga, pembuatan makalah yang merupakan tugas kelompok ini dapat kami selesaikan dengan sebaik-baiknya. Shalawat serta salam pun selalu tercurah kepada junjungan kita, baginda Rasulullah Muhammad shalallahu ‘alaihi wassalam, yang dengan kehadirannya Islam dapat sampai kepada kita hari ini
            Proses pembuatan makalah dengan tema “Tradisi Kritis 2” ini pun dapat berjalan dengan baik dan lancar berkat bantuan dari berbagai pihak, yang tak bisa kami sebutkan satu persatu namanya disini. Maka dari itu, kami menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak tersebut.
            Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Maka dari itu, kami menyampaikan maaf jika ada beberapa kesalahan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua. Yang sempurna datang dari Allah, sementara manusia hanyalah tempat salah.


















DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………….. 1
DAFTAR ISI………………………………………………………………………. 2
MARXISME………………………………………………………………………. 3
FRANKFURT SCHOOL………………….………………..………………………           4
POSMODERNISME……………………………………………………………….            5
FEMINISME………………………..……………………………………………... 6
REFERENSI………………………………..…………………….………………   7
           






















MARXISME

Meskipun teori kritis telah muncul jauh setelah karya Karl Marx dan Friedrich Engels, Marxisme jelas adalah cabang yang merupakan cikal bakal lahirnya teori kritis. Marx mengajarkan bahwa alat-alat produksi dalam masyarakat menentukan sifat (kesadaran) masyarakat; sehingga dalam pandangan Marx, ekonomi adalah dasar (basis) dari semua struktur sosial. Dalam sistem yang kapitalistis, produksi dikendalikan oleh keuntungan (profit drives production), sebuah proses yang pada akhirnya akan menindas buruh atau kelas pekerja, karena dengan ini pandangan ini pengusaha akan berusaha memaksimalisasi keuntungan dengan mengurangi biaya produksi, termasuk menggaji buruh dengan uah yang sangat rendah. Hanya ketika kelas pekerja bangkit melawan kelompok dominan (kelompok kapitalis) yang dapat mengubah sarana produksi dan pembebasan pekerja dapat dicapai. Dalam pandangan Marx, para buruh dapat bebas hanya jika penguasaan terhadap alat-alat produksi dihapuskan, inilah yang mendasari dari pandangan utopis Marx mengenai sebuah masyarakat tanpa kelas, dimana semua alat-alat produksi dimiliki secara bersama-sama. Tujuan dari revolusi komunis di seluruh dunia, termasuk di Indonesia dengan percobaan revolusi oleh PKI, adalah terciptanya masyarakat yang tanpa kelas dan tanpa pemilikan terhadap alat-alat produksi. Teori Marxis klasik ini lebih jauh disebut kritik ekonomi politik. Ketertarikan terhadap bahasa tetap menjadi sangat penting bagi teori kritis. Dalam Marxisme, praktek komunikasi dipandang sebagai hasil dari ketegangan (tension) antara kreativitas individu dan kendala sosial pada kreativitas itu. Pembebasan akan terjadi hanya ketika setiap orang benar-benar bebas untuk mengekspresikan diri dengan kejernihan dan akal sehat. Paradoksnya adalah, bagaimanapun, bahasa juga merupakan kendala penting dalam ekspresi individu, terutama bagi bahasa yang berasal dari kelas dominan dan telah membentuk ideologi, akan membuat kelas pekerja menjadi sulit untuk memahami situasi mereka dan menjadi penghambat dalam menemukan cara-cara untuk mencapai emansipasi Dengan kata lain, bahasa yang dominan mendefinisikan dan melanggengkan penindasan terhadap kelompok marjinal. Inilah yang menjadi tugas dari teori kritis, yaitu bagaimana menciptakan bentuk-bentuk baru dari bahasa (diskursus) yang akan memungkinkan ideologi dari kelompok marjinal dapat mencuat kepermukaan dan dapat didengar untuk kepentingan pembebasan




FRANKFURT SCHOOL

Frankfurt School merupakan tradisi terpenting dalam critical theory (teori kritis). Farnkfurt School berasal dari pemikiran sekelompok ilmuwan German di bidang filsafat, sosiologi dan ekonomi yang tergabung ”the Institute for Sosial Research” yang didirikan di Frankfurt, Jerman pada tahun 1923. Tokoh-tokoh yang paling penting dan berkontribusi besar dalam pengembangan kelompok ini adalah Max Horkheimer, Theodor Adorno dan Herbert Marcuse, dimana pemikiran-pemikiran mereka menjadi sangat berpengaruh besar dalam proyek-proyek teori kritis. Para anggota sekolah percaya pada perlunya integrasi antara disiplin ilmu-filsafat, sosiologi, ekonomi, dan sejarah khususnya dalam rangka untuk mempromosikan filosofi sosial yang luas atau teori kritis yang mampu menawarkan pengkajian yang komprehensif dari kontradiksi dan interkoneksi dalam masyarakat, namun sekaligus melampui dan meninggalkan ajaran Marx secara baru dan kreatif. Cara pemikiran Sekolah Frankfurt mereka sebut sendiri sebagai ”Teori Kritik Masyarakat”. Teori Kritis memandang diri sebagai pewaris cita-cita Karl Marx, sebagai teori yang emansipatoris. Teori Kritis tidak hanya menjelaskan tetapi mengubah pemberangusan manusia.















POSTMODERNISME

Pada awal tahun 1970-an muncul suatu bentuk pemikiran baru yang disebut postmodernisme. Postmodernisme, dalam arti paling umum, ditandai dengan berakhirnya modernitas dan proyek Pencerahan. Hal ini sebagian besar menandai berakhirnya era masyarakat industri dan munculnya era informasi, di mana produksi komoditas telah memberikan cara untuk produksi dan manipulasi pengetahuan. Jean Francois Lyotard, pemikir dan filosof Prancis, adalah salah satu yang ikut mengembangkan pemikiran mengenai postmodernisme. Salah satu kontribusinya adalah penolakannya terhadap narasi besar (grand narative), sehingga apa-apa yang dianggap sebagai umum dan universal telah berakhir seiring dengan kemunculan postmodernisme. Dengan pandangan ini, tidak ada lagi suatu hal yang universal dan bisa diterima oleh semua budaya ataupun masyarakat, sebagaimana mimpi dari modernisme adalah menciptakan sebuah peradaban universal, sebuah hal yang ditolak oleh postmodernisme. Disamping itu, Jean Baudrillard, seorang pemikir dan sosiolog Prancis, memiliki kontribusi yang cukup penting terhadap pemikiran postmodernisme; terutama mengenai keresahannya atas pemisahan tanda-tanda dari referennya (objek yang ditandai).
Dengan pemisahan ini, tanda seolah-olah terpisah bahkan tak terkait dengan objek yang ditandai. Fenomena ini kemudian menimbulkan apa yang disebut sebagai hiper-realitas. Yaitu merujuk pada realitas artifisial yang telah terdistorsi.

Teori Postmodernisme adalah antitesis dari modernisme yang selalu memunculkan ciri-ciri yang menentang adanya modernitas. Teori Postmodernisme merupakan salah satu teori yang cocok dikaitkan dengan adanya demonstrasi pada perayaan May Day tahun 2011 di lapangan Merdeka, sebab teori ini adalah teori yang menyetujui adanya kebebasan dalam menyuarakan pendapat, zaman dimana demokrasi diumbar – umbar sebagai lambang bahwa semua hal itu benar, semua tindakan manusia itu benar. Misalnya saja dalam kasus ini ada demonstrasi yang anarki, dalam konsep teori postmodernisme hal ini dibenarkan, begitu juga ada seorang pengendara sepeda motor yang menerobos lampu merah,semua itu dibenarkan.





FEMINISME

Penelitian mengenai feminis telah bertahun-tahun menjadi ranah yang sangat berpengaruh dalam tradisi kritis. Feminisme telah didefinisikan dalam banyak cara, salah satunya adalah definisi yang menyebutkan feminisme sebagai gerakan untuk mengamankan hak-hak bagi perempuan untuk upaya mengakhiri segala bentuk penindasan. Jadi sarjana saat ini lebih cenderung untuk berbicara tentang feminisme dalam bentuk jamak daripada tunggal. Kajian feminis pertama dimulai dengan fokus pada gender dan berusaha untuk membedakan antara seks – sebagai kategori biologis, dan gender – yang merupakan hasil dari konstruksi sosial. Mereka, para sarjana yang bergelut dengan kajian feminisme, telah meneliti, mengkritik dan menantang asumsi dan praktek mengenai maskulinitas dan feminitas yang meliputi semua aspek kehidupan, dalam upaya untuk mencapai cara yang lebih membebaskan bagi perempuan. Namun demikian, penelitian mengenai feminis lebih dari sekadar sebuah studi mengenai gender. Feminisme berusaha untuk menawarkan teori yang berpusat pada pengalaman perempuan dan untuk mengartikulasikan hubungan antara kategori gender dan kategori sosial lainnya, termasuk ras, etnis, kelas, dan seksualitas. Akhir-akhir ini,  studi mengenai bagaimana praktek komunikasi berfungsi untuk menyebarkan ideologi gender dalam wacana yang dimediasi (mediated discourse) telah menjadi sangat menonjol, yang mencerminkan keberlangsungan kajian budaya (cultural studies) dalam disiplin komunikasi. Juga yang menjadi semakin jelas adalah studi mengenai contoh positif dari gaya (style) dan praktek komunikasi yang dapat memberikan model peran untuk bagaimana mencapai perubahan yang konsisten dengan nilai-nilai feminis.











REFERENSI :

- Littlejohn, Stephen W dan Karen A. Foss (2008) Theories of Human Communication, Ninth Edition. Thomson Wadsworth,


Sabtu 12:27 06/06/2015

1 komentar: