Entri yang Diunggulkan

[ANALISA FENOMENA] Pro / Kontra Kurikulum 2013

     Masalah sosial muncul akibat terjadinya perbedaan yang mencolok antara nilai dalam masyarakat dengan realita yang ada. Yang dapat menj...

Senin, 07 Maret 2016

[MATERI] Sejarah Abad Klasik - Pengantar Ilmu Komunikasi - Fakultas Ilmu Komunikasi

Sejarah Retorika

Objek studi retorika setua kehidupan manusia. Dalam perkembangan peradaban pidato melingkupi bidang yang lebih luas. ” Sejarah Manusia “, kata lewis copeland dalam kata pengantar bukunya tentang pidato tokoh – tokoh besar dalam sejarah. Sejak Yunani dan Roma sampai zaman kita sekarang, kepandaian pidato dan kenegarawan selalu berkaitan. Banyak jago pedang juga terkenal dengan kefasihan bicaranya yang menawan. Uraian sistematis pertama diletakkan oleh orang syracuse, sebuah koloni yunani di pulau Sicilia. Masih di pulau Sicilia, tetapi di Agrigenturn hidup empedocles (490 – 430 SM), filosof, mistikus, politisi dan sekaligus orator. Ia cerdas dan banyak menguasai pengetahuan. Ia pernah berguru kepada phytagoras dan menulis “The Nature Of  Things”. Sebagai orator menurut Aristoteles
, ” ia mengajarkan prinsip – prinsip retorika yang kelak dijual Gorgias kepada penduduk Athena“. Tahun 427 SM Gorgias dikirim sebagai duta ke Athena, negeri itu sedang tumbuh menjadi negara yang kaya. Bersama Phytagoras dan kawan – kawan, Gorgias berpindah dari satu kota ke kota lain, mereka adalah “dosen – dosen terbang”. Phytagoras menyebut kelompoknya Sophistai, “guru kebijaksanaan”, sejarahwan menyebut mereka kelompok sophis. Mereka berjasa mengembangkan retorika dan mempopulerkannya, buat mereka Retorika bukan hanya sebuah pidato tetapi meliputi pengetahuan sastra, gramatika dan pengetahuan. Ada 2 tokoh yang ahli pidato contoh : Demosthenes danIisocrates. Berbeda dengan Gorgias, Demosthenes mengembangkan gaya bicaraa yang berbunga – bunga, tetapi jelas dan keras. Gaya bahasa isocrates telah mengilhami tokoh – tokohRetorika sepanjang zaman: Cicero, Milton,Masillon, Jeremy Taylor dan Edmund Burke. Murid Socrates yang menerima pendapat gurunya tentang sophisme adalah Plato. Aristoteles murid Plato yang paling cerdas melanjutkan kajian Retorika ilmiah. TeoriRretorika Aristoteles sangat sistematis dan komprehensif, pada satu sisiRretorika telah memperoleh dasar teoritis yang kokoh. Retorika abad pertengahan dikenal dengan sejak zaman Yunani sampai zaman Romawi, Retorika selalu berkaitan dengan kenegarawanan. Abad pertengahan sering disebut abad kegelapan juga buat Retorika. Abad pertengahan berlangsung selama seribu tahun (400 – 1400) Di eropa selama periode panjang itu, warisan peradaban Yunani diabaikan. Aliran Retorika modern pertama dikenal dengan gerakan epistemologi dan aliran kedua dikenal dengan belles lettres sedangkan aliran ketiga dikenal gerakan elokusionis. Dalam perkembangannya gerakan elokusionis dikritik karena perhatian dan perhatian berlebihan pada teknik, dimana pembicara tidak lagi berbicara dan bergerak secara spontan. Pada abad ke 20, retorika mengambil manfaat dari perkembangan ilmu pengetahuan modern, khususnya ilmu – ilmu perilaku seperti psikologi dan sosiologi. Istilah Retorika pun mulai digeser oleh speech, speech communication, oral communication atau public speaking. Pada waktu mendatang ilmu ini tampaknya akan diberikan juga pada mahasiswa – mahasiswa di luar ilmu sosial.
Public Speaking
Public Speaking adalah salah satu bagian dari komunikasi , kita harus memahami bahwa tujuan komunikasi adalah supaya orang lain mengetahui apa yang anda sampaikan, melaksanakan apa yang kita mau dan mengikuti apa yang kita katakan. Setiap profesi memiliki tujuan yang berbeda dalam public speaking. Tentu seorang MC punya tujuan yang berbeda dengan seorang sekretaris, seorang motivator berbicara di depan umum. Begitu pula dengan pelawak, guru, pemilik usaha, manager atau dosen. Jadi tanyakan pada diri kita, apa profesi kita dan apa tujuan kita berbicara didepan umum. Ada 4 macam pidato berdasarkan persiapannya: 1. Impromtu adalah pidato dadakan tanpa ada persiapan yang matang. 2. Manuskrip adalah pidato dengan menggunakan naskah, dimana juru pidato membacakan naskah pidato dari awal sampai akhir. Manuskrip ini cocok untuk tokoh nasional, bisa juga menghindari kesalahan kata – kata / data. 3. Memoriter adalah pesan pidato ditulis kemudian diingat kata demi kata, seperti manuskrip. 4. Ekstempore adalah jenis pidato yang paling baik dan paling sering dilakuakan oleh juru pidato yang mahir. Ada 3 prinsip penyampaian pidato agar berjalan dengan baik, yaitu : 1. Kontak, melihat langsung pada khalayak dengan cara keseluruhan dan dengan perhatian terbagi, tidak terpaku pada catatan materi pokok, kontak seperti ini disebut kontak visual sedangkan kontak mental dengan memperhatikan umpan balik atau respon dari khalayak. 2. Olah vokal, mekanismenya mengubah bunyi menjadi kata, ungkapan atau kalimat. Karakter dari olah vokal memberikan efek komunikasi. 3. Olah visual, berkaitan dengan ekspresi pembicara dalam menyampaikan makna, menarik, perhatian dan menumbuhkan kepercayaan diri dan semangat. Disamping menyampaikan makna, gerak fisik dapat memelihara dan menarik perhatian. Jadi 3 hal yang harus diperhatikan dalam penyampaian pidato adalah poise, pause, pose. Poise artinya kepercayaan diri dan ketenangan, Pause artinya hentian yang tepat yang menunjukkan olah vokal yang baik, Pose artinya penampilan saat berpidato.




TRADISI ILMU KOMUNIKASI DAN PERKEMBANGAN ILMU KOMUNIKASI
A. TRADISI-TRADISI DALAM ILMU KOMUNIKASI
Dalam ilmu komunikasi, penelitian terhadap gejala-gejala atau realitas komunikasi telah berkembang sejak lama sehingga dalam ilmu komunikasi dikenal tradisi-tradisi yang unik. Seorang Profesor komunikasi Universitas Colorado, Robert Craig, telah memetakan tujuh (7) bidang tradisi dalam teori komunikasi yang disebut sebagai 7 tradisi dalam Griffin(2000:22-35) , yakni :
1. Tradisi Sosio-Psikologi (komunikasi merupakan pengaruh antarpribadi)
Tradisi ini mewakili perspektif objektif/scientific. Penganut tradisi ini percaya bahwa kebenaran komunikasi bisa ditemukan melalui pengamatan yang teliti dan sistematis. Tradisi ini mencari hubungan sebab-akibat yang dapat memprediksi kapan sebuah perilaku komunikasi akan berhasil dan kapan akan gagal. Adapun indikator keberhasilan dan kegagalan komunikasi terletak pada ada tidaknya perubahan yang terjadi pada pelaku komunikasi. Semua itu dapat diketahui melalui serangkaian eksperimen.
Salah satu tokoh tradisi ini adalah Carl I Hovland, seorang ahli psikologi yang sekaligus peletak dasar-dasar penelitian eksperimen yang berkaitan dengan efek-efek komunikasi. Penelitiannya berupaya:
a. Menjadi peletak dasar proposisi empirik yang berkaitan dengan hubungan antara stimulus komunikasi, kecenderungan audiens dan perubahan opini.
b. Memberikan kerangka awal untuk membangun teori berikutnya.
Menurut Ilmuwan Yale ini dalam formula who says what to whom with what effect, ada tiga variabel yang memiliki sifat persuasive, yakni:
a. Who---sumber pesan.
b. What---isi pesan.
c. Whom---karakteristik audiens.
Efek utama yang diukur adalah perubahan pendapat yang dinyatakan melalui skala sikap yang diberikan sebelum dan pesan disampaikan oleh komunikator kepada komunikan.
Jadi perhatian penting dalam tradisi ini antara lain perihal pernyataan, pendapat(opini), sikap, persepsi, kognisi, interaksi dan efek (pengaruh).
2. Tradisi Cybernetic (komunikasi sebagai pemrosesan informasi)
Ide komunikasi sebagai pemrosesan informasi pertama kali dikemukakan oleh ahli matematik, Claude Shannon. Karyanya, Mathematical Theory Communication diterima secara luas sebagai salah satu benih yang keluar dari studi komunikasi. Teori ini memandang komunikasi sebagai transmisi pesan. Karyanya berkembang selama Perang Dunia kedua di Bell Telephone Laboratories di AS. Eksperimennya dilakukan pada saluran kabel telepon dan gelombang radio bekerja dalam menyampaikan pesan.
Meski eksperimennya sangat berkaitan dengan masalah eksakta, tapi Warren Weaver mengklaim bahwa teori tersebut bisa diterapkan secara luas terhadap semua pertanyaan tentang komunikasi insani (human communication).
Jadi dalam tradisi ini konsep-konsep penting yang dikaji antara lain pengirim, penerima, informasi, umpan balik, redudancy, dan sistem. Walaupun dalam tradisi ini seringkali mendapat kritik terutama berkenaan dengan pandangan asumtif yang cenderung menyamakan antara manusia dengan mesin dan menganggap bahwa suatu realitas atau gejala timbul karena hubungan sebab akibat yang linier.
3. Tradisi Retorika (komunikasi sebagai ilmu bicara yang sarat seni)
Ada enam keistimewaan yang mencirikan tradisi ini:
a. Keyakinan bahwa berbicara membedakan manusia dari binatang.
b. Ada kepercayaan bahwa pidato publik yang disampaikan dalam forum demokrasi adalah cara yang lebih efektif untuk memecahkan masalah politik.
c. Retorika merupakan sebuah strategi di mana seorang pembicara mencoba mempengaruhi seorang audiens dari sekian banyak audiens melalui pidato yang jelas-jelas bersifat persuasive. Public speaking pada dasarnya merupakan komunikasi satu arah.
d. Pelatihan kecakapan pidato adalah dasar pendidikan kepemimpinan. Seorang pemimpin harus mampu menciptakan argumen-argumen yang kuat lalu dengan lantang menyuarakannya.
e. Menekankan pada kekuatan dan keindahan bahasa untuk menggerakkan orang banyak secara emosional dan menggerakkan mereka untuk beraksi/bertindak. Pengertian Retorika lebih merujuk kepada seni bicara daripada ilmu berbicara.
f. Sampai tahun 1800-an, perempuan tidak memiliki kesempatan untuk menyuarakan haknya. Jadi retorika merupakan sebuah keistimewaan bagi pergerakan wanita di Amerika yang memperjuangkan haknya untuk bisa berbicara di depan publik.
4. Tradisi semiotic (komunikasi sebagai proses membagi makna melalui tanda)
Semiotika adalah ilmu tentang tanda dan cara tanda-tanda itu bekerja. Sebuah tanda adalah sesuatu yang menunjukkan sesuatu yang lain. Contohnya asap menandai adanya api. sebagai suatu hubungan antara lima istilah berikut ini:
Lebih lanjut Pawito(2007:23) menyatakan dalam tradisi lebih memusatkan pada perhatian lambang-lambang dan simbol-simbol, dan memandang komunikasi sebagai suatu jembatan antara dunia pribadi individu-individu dengan ruang di mana lambang-lambang digunakan oleh individu-individu untuk membawa makna-makna tertentu kepada khalayak.
Sehingga dalam tradisi ini memungkinkan bahwa individu-individu akan memaknai tanda-tanda secara beragam.
5. Tradisi Socio Kultural (Komunikasi sebagai penciptaan dan pembuatan realitas sosial)
Premis tradisi ini adalah ketika orang berbicara, mereka sesungguhnya sedang memproduksi dan memproduksi kembali budaya. Sebagian besar dari kita beranggapan bahwa kata-kata mencerminkan apa yang sebenarnya terjadi. Pandangan kita tentang realitas dibentuk oleh bahasa yang telah kita gunakan sejak lahir. Ahli bahasa Universitas Chicago, Edwar Sapir dan Benyamin Lee Whorf adalah pelopor tradisi sosio cultural. Hipotesis yang diusungnya adalah struktur bahasa suatu budaya menentukan apa yang orang pikirkan dan lakukan. Dapat dibayangkan bagaimana seseorang menyesuaikan dirinya dengan realitas tanpa menggunakan bahasa, dan bahwa bahasa hanya semata-mata digunakan untuk mengatasi persoalan komunikasi atau refleksi tertentu. Hipotesis ini menunjukkan bahwa proses berpikir kita dan cara kita memandang dunia dibentuk oleh struktur gramatika dari bahasa yang kita gunakan.
Secara fungsional, bahasa adalah alat yang dimiliki bersama untuk mengungkapkan gagasan (socially shared), karena bahasa hanya dapat dipahami bila ada kesepakatan di antara anggota-anggota kelompok sosial untuk menggunakannya. Bahasa diungkapkan dengan kata-kata dan kata-kata tersebut sering diberi arti arbiter (semaunya). Contoh; terhadap buah pisang, orang sunda menyebutnya cau dan orang jawa menyebutnya gedang.
Secara formal, bahasa adalah semua kalimat yang terbayangkan, yang dapat dibuat menurut peraturan bahasa. Setiap bahasa dapat dikatakan mempunyai tata bahasa/ grammarnya tersendiri. Contoh: sebuah kalimat dalam bahasa Indonesia yang berbunyi “dimana saya dapat menukar uang ini?”, maka akan ditulis dalam bhasa Inggris “where can I Change some money?”
6. Tradisi Kritis (komunikasi adalah refleksi penolakan terhadap wacana yang tidak adil).
Tiga asumsi dasar tradisi kritis:
a. Menggunakan prinsip-prinsip dasar ilmu sosial interpretif. Ilmuwan kritis menganggap perlu untuk memahami pengalaman orang dalam konteks.
b. Mengkaji kondisi-kondisi sosial dalam usahanya mengungkap struktur-struktur yang seringkali tersembunyi
Istilah teori kritis berasal dari kelompok ilmuwan Jerman yang dikenal dengan sebutan “Frankfurt School”. Para teoritisinya mengadopsi pemikiran Marxis. Kelompok ini telah mengembangkan suatu kritik sosial umum, di mana komunikasi menjadi titik sentral dalam prinsip-prinsipnya. Sistem komunikasi massa merupakan focus yang sangat penting di dalamnya. Tokoh-tokoh pelopornya adalah Max Horkheimer, Theodore Adorno serta Herbert Marcuse. Pemikirannya disebut dengan teori kritis. Ketika bangkitnya Nazi di Jerman, mereka berimigrasi ke Amerika. Di sana mereka menaruh perhatian besar pada komunikasi massa dan media sebagai struktur penindas dalam masyarakat kapitalistik, khususnya struktur di Amerika.
Teori kritis menganggap tugasnya adalah mengungkap kekuatan-kekuatan penindas dalam masyarakat melalui analisis dialektika. Teori kritis juga memberikan perhatian yang sangat besar pada alat-alat komunikasi dalam masyarakat. Komunikasi merupakan suatu hasil dari tekanan antara kreativitas individu dalam memberi kerangka pesan dan kendala-kendala sosial terhadap kreativitas tersebut. Salah satu kendala utama pada ekspresi individu adalah bahasa itu sendiri. Kelas-kelas dominan dalam masyarakat menciptakan suatu bahasaa penindasan dan pengekangan, yang membuat kelas pekerja menjadi sangat sulit untuk memahami situasi mereka dan untuk keluar dari situasi tersebut. Kewajiban dari teori kritis adalah menciptakan bentuk-bentuk bahasa baru yang memungkinkan diruntuhkannya paradigma dominan. Hal itulah yang diungkapkan oleh Jurgen Habermas, tokoh terkemuka kelompok Franfurt School di era berikutnya.
Habermas menaruh perhatian khusus pada dominasi kepentingan teknis dalam masyarakat kapitalis kontemporer. Dalam masyarakat seperti itu, public dan swasta terjalin sampai pada tingkat di mana sector public tidak mampu mempertahankan diri terhadap penindasan kepentingan teknis swasta. Idealnya, public dan swasta seimbang, dan sector public harus cukup kuat untuk memberikan suatu iklim bagi kebebasan gagasan dan debat. Dari bahasan tersebut, jelaslah bahwa Habermas menilai komunikasi sangat penting bagi pembebasan. Bahasa sendiri merupakan hal pokok bagi kehidupan manusia, dan bahasa menjadi alat di mana kepentingan pembebesan dapat dipenuhi. Karenanya, kompetensi komunikasi diperlukan untuk partisipasi yang efektif dalam pengambilan keputusan.
7. Tradisi Fenomenologi (Komunikasi sebagai pengalaman diri dan orang lain melalui dialog)
Meski fenomenologi adalah sebuah filosofi yang mengagumkan, pada dasarnya menunjukkan analisis terhadap kehidupan sehari-hari. Titik berat tradisi fenomenologi adalah pada bagaimana individu mempersepsi serta memberikan interpretasi pada pengalaman subyektifnya. Bagi seorang fenomenologis, cerita kehidupan seseorang lebih penting daripada axioma-axioma komunikasi. Seorang psikologis, Carl Rogers percaya bahwa kesehatan kliennya akan pulih ketika komunikasinya menciptakan lingkungan yang nyaman baginya untuk berbincang. Dia menggambarkan tiga kondisi yang penting dan kondusif bagi perubahan suatu hubungan dan kepribadian, yakni:
a. Kecocokan/kesesuaian, adalah kecocokan antara perasaan dalam hati individu dengan tampilan luar . Orang yang tidak memiliki kecocokan akan mencoba mempengaruhi, bermain peranan, sembunyi di balik suatu tedeng aling-aling.
b. Hal positif yang tidak bersyarat, adalah sebuah sikap penerimaan yang bukan merupakan kesatuan dalam penampilan.
c. Pemahaman empatik.
B. PERKEMBANGAN ILMU KOMUNIKASI
Komunikasi merupakan satu dari disiplin-disiplin yang paling tua tetapi yang paling baru. Orang Yunani kuno melihat teori dan praktek komunikasi sebagai sesuatu yang kritis. Popularitas komunikasi merupakan suatu berkah (a mixed blessing).Teori-teori resistant untuk berubah bahkan dalam berhadapan dengan temuan-temuan yang kontradiktif. Komunikasi merupakan sebuah aktifitas, sebuah ilmu social, sebuah seni liberal dan sebuah profesi. Menurut Ruben&Steward (1998:18-37) perkembangan tersebut adalah sebagai berikut:
1. STUDI KOMUNIKASI AWAL
Sebenarnya sangat sulit untuk mendeteksi kapan dan bagaimana pertama kali dipandang sebagai faktor yang penting dalam kehidupan manusia. Berdasarkan sejarah, komunikasi diekspresikan dan berperan dalam kehidupan manusia yaitu pada abad 5 SM dalam tulisan klasik bangsa Mesir dan Babilonia dan essay dari Hommer yang berjudul Iliad pada abad 3000 SM. Pada tahun 2675 SM melalui ‘The Precepts” adalah berisi panduan komunikasi efektif. Dan juga tampak pada kitab perjajnjian lama (Bible) ketika Tuhan bersabda :Let there be light:and there was light. Dan juga pada masayarakat Yunani yang melakukan kehidupan demokratis dengan komunikasi oral.
2. RETORIKA DAN PIDATO
Ada beberapa tokoh dalam perkembangan studi awal komunikasi antara lain:
a. CORAX DAN TISIAS
Teori komunikasi pertama yang dikembangkan di Greece adalah oleh Corax dan kemudian disusun kembali oleh muridnya Tisias. Teori ini berkaitan dengan berbicara di ruang pengadilan sebagai ketrampilan persuasi.tisias meyakini bahwa persuasi adalah suatu seni yang kemudian disebut retorika. Corax dan Tisias mengembangkan konsep organisasi pesan, yaitu terdiri dari introduction, body, dan kesimpulan.
b.PROTAGORAS
Dia mengembangkan tentang debat. Dia mengajarkan bagaimana seharusnya mennajdi seorang pembicara yang baik.
c. GORGIAS DARI LEONTINI
Dia mengajarkan tentang penggunaan emosional dalam pidato persuasif, penggunaan gaya dan figur-figur yang tepat untuk suatu pidato.
d.ISOCRATES
Dia mengajarkan bagaimana seorang orator seharusnya dilatih dengan seni liberal dan bagaimana menjadi seorang yang baik.
e. ARISTOTELES
Aristoteles dan gurunya Plato adalah tokoh sentral dalam studi komunikasi awal ini. Keduanya yang mengibarkan bahwa komunikasi adalah sebuah seni untuk dipraktekkan dan sebagai area studi. Dia mendeskripsikan komunikasi menjadi suatu orator atau speaker yang memberikan suatu argument untuk dipresentasikan dalam suatu pidato untuk pendengar atau audience. Karya klasiknya adalah The Rhetoric, yang berisi 3 buku yang menekankan pada the speaker, the audience dan speech. Dalam bukunya yang pertama yang memfokuskan pada persuasi yang mengenalkan ethos (sifat sumber), pathos ( emosi dari audience) dan logos ( sifat dari pesan yang disampaikan sumber kepada audience). Buku kedua menekankan pada sifat audience dan bagaimana pembicara dapat membangun emosi audience. Menurut dia faktor demografi mempengaruhi audience (termasuk usia dan kelas sosial) dalam menerima pesan.Dan buku ketiga menekankan pada gaya dan bagaimana suatu pesan dikonstuksikan dan diterima.
f. AUGUSTINE
Dia mengapliksikan komunikasi dalam melakukan interpretasi dari Bible dan tulisan religious lainnya. Dia menyatukan aspek praktis dan teoritis dari studi komunikasi.
g. SIR FRANCIS BACON
Dia mengenalkan pembuatan pidato dan penulisannya yang di susun untuk tujuan praktis.
h. PLATO
Dalam tulisannya Plato menggarisbawahi pentingnya mempelajari retorika yang memberikan kontribusi untuk dapat menjelaskan perilaku manusia. Bidang ini mempelajari sifat kata-kata, sifat manusia, cara mereka hidup, dan segala yang dapat mempengaruhi manusia dalam kehidupannya.
i. CICERO
Dia mengembangkan teori retorika dan melihat komunikasi sebagai persoalan akademik dan praktis. Pandangannya bahwa komunikasi adalah komprehensif yang melibatkan seluruh domain ilmu sosial.
j. QUINTILIAN
Dia mengajarkan bagaimana cara menjadi seorang komunikator yang baik itu perlu dididik.
3. JURNALISME
Praktek jurnalistik dimulai pada tahun 3700 tahun lalu di Mesir, ketika laporan peristiwa-peristiwa pada waktu dituliskan pada makam raja Mesir. Julius Caesar, dan mempunyai laporan resmi mengenai berita-berita sehari-hari yang ditempatkan di tempat-tempat public. Berita itu diperbanyak dan dijual. Pada awalnya surat kabar merupakan campuran dari newsletter, balada, proklamasi, brosur politik, dan pamphlet yang menggambarkan berbagai kejadian. Pertengahan 1600 an muncul surat kabar modern. Surat kabar AS pertama ’Public Occurences Both Foreign and Domestic’ terbit tahun 1690 di Boston.
4. TAHUN 1900-AN-1930-AN PERKEMBANGAN PIDATO DAN JURNALISME
Awal abad 19 pidato muncul sebagai sebuah disiplin tersendiri di AS:
a. Tahun 1909 dibentuk (Eastern States Speech Association).Tahun 1910 mengadakan konferensi tahunan pertama.
b. Tahun 1914 terbentuk The National Association of Teachers of Public Speaking(sekarang Speech Communication Association)
c. Tahun 1915 terbit jurnal ‘Quaterly Journal of Public Speaking’diikuti journal Quaterly Journal of Speech.
5. TAHUN 1940-1N DAN 1950-1N PERTUMBUHAN INTERDISIPLIN
Sejumlah sarjana dari variasi disiplin ilmu sosial mulai mengembangkan teori-teori komunikasi yang merupakan perluasan bidang-bidang komunikasi.Contohnya bidang antropologi yang mengkaji dan gesture-gesture pada budaya-budaya tertentu berdasarkan pada kajian komunikasi non verbal yang lebih luas.peneliti peneliti mulsai memberi perhatian pada persuasi, termasuk bagaiamana propaganda dilakukan, bagaimana opini publik dibentuk dn bagaimana perkembangan media yang memberi kontribusi pada usaha persuasive. Kurt Lewin dan koleganya memimipin penelitian pada kelompok dinamik. Carl Hovland dan Paul Lazarfeld melakukan riset awal pada komunikasi massa.
Ilmuwan sosiologi dan politik mempelajari sifat media massa dalam berbagai aktifitas social dan politik misalnya voting behaviour.Dalam bidang zoology mengkaji mengenai komunikasi diantara binatang-binatang.Demikian juga bidang linguistic , sematik umum, dan semiotic yang memfokuskan pada sifat bahasa dan perannya dalam kehidupan manusia yang mendorong studi ilmu komunikasi. Dalm retorika dan pidato pada akhir tahun 1940an dan 1950an mengkaji mengenai interpretasi oral, suara,dan diksi, debat, theater,fisiologi pidato,dan patologi pidato.Jurnalisme dan studi media massa memberi perhatian pada sifat dan efek media massa dan komunikasi massa.
Sampai akhir tahun 1950an mulai terbentuk The National Society for the Study of Communication (sekarang The International Communication Association)dengan tujuan membuat satu kesatuan hubungan antara pidato, bahasa, dan media.Perkembangan-perkembangan ini mempercepat pertumbuhan komunikasi sebagai sebuah disiplin ilmu.
Pada masa ini banyak muncul tokoh-tokoh antara lain Harold D Lasswell yang mengkaji tentang propaganda politik pada tahun 1948. Satu tahun kemudian Claude Shannon mempublikasikan hasil penelitiannya di Bell Telepon tentang soal mesin dari pengiriman/trnasmisi signal.hasilnya adalah menjadi dasar uytama model Shannon dan Weaver. Wirburr Schramm juga mengkaji bahwa komunikasi merupakan upaya bertujuan untuk menciptakan suatu kesamaan makna diantara sumber dan penerima.Pada tahun 1955 ilmuwan politik Elihu Katz dan Paul Lazarfeld memperkenalkan two step flow model Mereka mengenalkan konsep opinion leader(pemuka pendapat). Dan Bruce Westley dan Malcom S. Maclean,Jr. menyatakan bahwa proses komunikasi adalah dimulai dari penerimaaan pesan bukan dari pengiriman pesan.Hal ini merupakan gabungan antara komunikasi interpersonal dan komunikasi dalam media massa.
6. TAHUN 1960-AN INTEGRASI
Pada tahun 1960 an para ilmuwan melakukan sintesa dari retorika dan pidato, jurnalisme dan media massa, dan disiplin ilmu social lainnya.kontribusi pada integrasi ini ditandai dengan berbagai buku antara lain The Process of Communication(1960), The Effect s of Mass Communication(1960), On Human Communication(1961), Diffusion of Innovations (1962), The Science of Human Commnunication (1963), Understanding Media(1964), and Theories of Mass Communication(1966).
Komunikasi menarik minat beberapa displin lain selama decade 1960an. Para ahli sosiologis memfokuskan pada dinamika kelompok, relasi social, asal pengethuan social. Para ilmuwan politik menulis tentang peran komunikasi dalam pemerintahan,opini public, propaganda dan pembentukan citra politik merupakan bidang komunikasi politik. Pada bidang administrasi memperlajari tentang organisasi, managemen, kepemimpinan, dan jaringan informasi yang menjadi dasar pertumbuhan komunikasi organisasi yang muncul pada tahun 1970an. Bidang antropologi dan linguistic bersama-sama sehingga memunculkan are studi komunikasi antar budaya dan selama tahun 1960an para ahli zoology mengkaji komunikasi binatang.
7. TAHUN 1970-AN DAN AWAL 1980-AN PERTUMBUHAN DAN SPESIALISASI
Dalam periode ini beberapa bidang kajian mulai popular. Perluasan dan spesialisasi bidang mencapai tingkatan tinggi pada periode ini. Komunikasi interpersonal menjadi bidang yang popular seperti mempelajari interaksi nonverbal, ilmu informasi, teori informasi dam sistem informasi dan komunikasi merupakan topic lainnya yang juga menarik. Dismaping itu pada tahun yang sama komunikasi kelompok, organisasi, politik, internasional dan intercultural bermunculan sebagai area studi.
8. AKHIR TAHUN 1980-AN DAN 1990 ABAD INFORMASI
Sebuah masa dimana komunikasi dan tehnologi informasi secara meningkat telah memainkan peran penting di masyarakat kita. Informasi sebagai komoditas. Media baru dan media penyatu. Pengaruh ekonomi dan pasar. Komunikasi sebagai proses. Memperkuat hubungan antardisiplin:
a. Psikologi kognitif ( persepsi,interpretasi, penyimpanan dan penggunaan informasi).
b. Kajian kritis dan budaya (pengaruh sejarah, social, dan budaya pada penciptaan, transmisi, interpretasi, akibat dan penggunaan pesan)
c. Ekonomi (produksi dan konsumsi informasi sebagai sumberdaya ekonomi)
d. Ilmu komputer dan rekaya elektrik (penyimpanan, mendapatkan kembali, manipulasi dan transmisi informasi
e. Ilmu informasi(klasifikasi, managemen dan penyimpanan infromasi)
f. Jurnalisme (sumber infromasi, isi, komunikasi public dan media massa)
g. Sastra (penciptaan dan interpretasi pembaca pada materi teks)
h. Pemasaran (kebutuhan dan pilihan pengguna untuk adopsi dan penggunaan pesan, produk dan layanan)
i. Filsafat( dimensi dari proses komunikasi individual dan media massa)
SUMBER:
  1. Griffin, Em.(ed) 2003. A First Look at Communication Theory, 5 th edition, : New York McGraw Hill
  2. Littlejohn, Stephen W. 2001. Theories of Human Communication. USA: Wadsworth Publishing.
  3. Ruben, Brent D, Stewart, Lea P, 1998, Communication and Human Behaviour,USA:Alyn and Bacon
  4. Pawito, 2007,Penelitian Komunikasi Kualitatif, Yogyakarta: ,LKIS.




SEJARAH SINGKAT PERKEMBANGAN RETORIKA: METAMORFOSIS TRADISI MENUJU ILMU PENGETAHUAN

Oleh : Daniel Rusyad Hamdanny
NPM : 210110080305

Retorika memiliki sejarah pertumbuhan dan perkembangan yang sangat panjang. Fakta ini dapat dibuktikan dengan sebuah realitas bahwa faculty of speech adalah salah satu fakultas yang berdiri pada awal berdirinya University of Oxford . Bahkan, jauh sebelum retorika yang juga dijuluki ilmu komunikasi, ilmu berpidato, atau ilmu berbahasa , bermetamorfosis menjadi subjek studi khusus. Secara naluriah, manusia sudah mengenal dan mempraktekan retorika dalam definisi yang lebih sederhana.
Jauh sebelum Corax menulis Techne Logon, Empedocles menggubah The Nature of Things, dan jauh sebelum Demosthenes beradu opini dengan Isocrates dalam pergulatan lidah yang begitu memukau, sebenarnya manusia purba pun telah mengindikasikan penggunaan basic rhetoric. Manusia primitif dahulu kala biasa bergeram dan menyuarakan desis suara dalam tatkala mereka merasakan ketidaknyamanan atau gangguan pihak luar. Bukankan cara seperti itu termasuk dalam gaya komunikasi manusia?
Namun kita tidak sedang membahas retorika dalm arti yang sederhana. Penulis, melalui esai ini, berusaha memaparkan sejarah kemunculan, pertumbuhan, dan perkembangan retorika sebagai ilmu dengan metode periodik; Pra-Yunani, Yunani, Pasca Yunani hingga sekarang. Untuk lebih memahami karakteristik tipikal retorika dalam setiap periode itu, penulis akan menyertakan ahli dan karya-karya distributif mereka pada perkembangan retorika.

A. Retorika Pra-Yunani
Bak rantai yang tidak terputus, peradaban-peradaban yang ada di muka bumi ini tidak memulai keberadaannya, dengan segala aspek yang dibawa, tanpa pengaruh peradaban sebelumnya. Begitu pun dalam aspek ilmu pengetahuan, kecanggihan teknologi informasi dan transportasi Amerika Serikat saat ini, misalnya, adalah buah pengembangan dasar-dasar teknologi dalam bingkai ilmu matematika pada zaman Yunani Kuno. Ilmu matematika pun pada hakikatnya tidak mungkin dapat dikonsumsi, apalagi dikembangkan, jika tidak dihidupkan kembali oleh peradaban selanjutnya di Asia Barat. Disanalah matematika mulai bertransformasi menjadi pengetahuan modern. Angka nol pertama kali diperkenalkan, rumus trigonometri ditemukan, bahkan matematika telah memiliki cabang tersendiri yakni al-jabar. Berpangkal dari pengembangan itu semua akhirnya membuahkan penemuan komputer, dan sekarang peneman itu berimbas pada zaman e-technology.
Dalam kaitannya dengan retorika. Ilmu pengetahuan yang major area-nya kemampuan manusia dalam berkomunikasi ini tidak bersifat statis. Dinamisme ilmu ini bisa kita melalui perkembangannya dari zaman ke zaman lainnya. Dari masa dimana retorika hanya merupakan kebiasaan manusia hingga masa yang menjadikan retorika disiplin ilmu dengan berbagai teori dan definisi.
Orang-orang Mesopotamia, yang konon peradabannya dijuluki the cradle of civilization , sebagaimana masyarakat Mesir Kuno dan Assyria, yang datang setelahnya, mengasah kemampuan retorika mereka dengan tujuan-tujuan ritual keagamaan . Ritual keagamaan seperti upacara pengorbanan, permohonan surut Nil berkepanjangan, memperingati yaumu-l-hashaad atau hari bersemi, dan sebagainya memang membutuhkan kepiawaian tokoh atau pemimpin adat dalam menyampaikan pesan dan harapan-harapan masyarakat adat pada Dewa di depan publik.

B. Retorika Pada Zaman Yunani
Melalui bukunya, Retorika Modern, Jalaluddin Rahmat berpendapat bahwa uraian sistematis retorika diletakan pertama kali oleh orang Syracuse, sebuah koloni Yunani yang berada di bawah pimpinan para tiran. Keadaan di bawah tekanan para tiran inilah yang mengharuskan rakyat Syracuse pandai beretorika demi mempertahankan hak-hak mereka yang diabaikan penguasa. Kemudian munculah seseorang di antara mereka yang bernama Corax. Konon, Corax pernah menggubah sebuah makalah mengenai Retorika yang ia beri judul Techne Logon. Para ahli berkeyakinan bahwa makalah Corax ini berisikan tentang teori kemungkinan dalam bersilat lidah.
Di samping itu, Corax telah meletakan dasar-dasar organisasi pesan. Ia membagi pidato pada lima bagian: pembukaan, uraian, argumen, penjelasan tambahan, dan kesimpulan. Dari sini, para ahli retorika kelak mengembangkan organisasi pidato.
Di belahan lain kerajaan Yunani, masih pada abad yang sama, terlahir pula tokoh yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan Retorika. Ia bernama Empedocles. Ia pernah berguru pada filosof masyhur, Phytagoras, dan tulisannya The Nature of Things kelas membawanya menjadi terkenal. Sebagai mistikus, filosof, politisi, dan orator, Empedocles memiliki kepribadian yang lengkap. Distribusi akbar politisi anti aristokrasi tersebut dalam pengembangan retorika adalah kepiawaiannya mengajarkan prinsip-prinsip retorika yang kelak dijual Gorgias kepada penduduk Athena.
Selain Corax dan Empedocles, masih banyak tokoh-tokoh lain yang memerankan peranan penting dalam pengembangan Retorika pada zaman Yunani Kuno. Jumlah tokoh yang banyak itu tak bisa dilepaskan dari citra dan pandangan yang melekat pada retorika itu sendiri. Konon, Retorika dipandang sebagai keahlian kaum ningrat saja. Tidak semua mampu, atau bahkan boleh, mempelajari Retorika. Dan negara sendiri memfasilitasi para jago orasi sebuah match even yang bergengsi laiknya perlombaan olah raga tingkat dunia.
Diantara tokoh-tokoh yang banyak, yang penulis kategorikan sebagai the most important setelah Corax dan Empedocles, itu adalah Protagoras, Demosthenes, Isocrates, Plato, dan muridnya, Aristotles. Protagoras, yang juga anggota kelompok sophistai –sejarawan menyebutnya sophis- berjasa mengembangkan retorika dan memopulerkannya. Retorika, bagi mereka bukan hanya ilmu pidato, tetapi meliputi pengetahuan sastra, gramatika, dan logika. Mereka tahu bahwa rasio tidak cukup untuk meyakinkan orang. Mereka juga mengajarkan teknik memanipulasi ekonomi yang dikenal dengan hypocrisis. Malalui teknik inilah orator menyapa para pendengar langsung ke lubuk hati mereka yang paing dalam. Berkat kegigihan protagoras dan kawan-kawannya yang tergolong dalam kaum sophislah bermunculan jago-jago pidato pada berbagai area seperti olipmiade, gedung perwakilan, dan pengadilan.
Demosthenes dan Isocrates –di balik perbedaan keduanya yang cukup fundamental- adalah produk kaum sophis yang bekerja all-out dalam memasyarakatkan Retorika. Demosthenes dikenal sebagai orator yang memiliki gaya bicara yang tidak berbunga-bunga, tetapi jelas dan keras. Ia pandai dalam menggabungkan narasi dan argumentasi, ekspresionis ulung, lantang, dan memiliki cara yang unik dalam berlatih. Yakni menyendiri di dalam gua buatannya secara konsisten. Pada zamannya, tak satupun menyangsikan patriotisme Demosthenes kecuali Aeschines. Perselisihan pun tak dapat dihindarkan pada acara pengannugrahan Demosthenes penghargaan. Perdebatan terjadi antara ia dengan Aeschines yang akhirnya dimenangkan Demosthenes.
Adapun Isocrates, ia dikenal sebagai tokoh yang mengangkat citra retorika sebagai ilmu yang terbatas. Keterbatasan inilah yang akhirnya membuat Retorika menjadi ilmunya kaum berada saja. Namun, dibalik langkahnya yang kulang populer itu, Ia telah mendirikan sekolah retorika yang paling berhasil tahun 391 SM. Ia mendidik muridnya menggunakan kata-kata dalam susunan yang jernih tetapi tidak berlebih-lebihan, dalam rentetan anak kalimat yang seimbang dengan pergeseran suara dan gagasan yang lancar. Karena ia tidak mempunyai suara yang baik dan keberanian untuk tampil, ia hanya menuliskan pidatonya. Ia menulis risalah-risalah pendek dan menyebarkannya. Sampai sekarang risalah-risalah ini dianggap warisan prosa Yunani yang menakjubkan. Gaya bahasa Isocrates telah mengilhami tokoh-tokoh retorika sepanjang zaman: Cicero, Milton, Massillon, Jeremy Taylor, dan Edmund Burke.
Dua tokoh yang penulis sebutkan terakhir, Plato dan Aristotles, boleh jadi gambaran air mata guru mereka Socrates. Socrates yang amat kecewa atas matrealisme kaum sophis yang menjadikannya bagian dari kaum termarginalkan. Ia mengkritik kaum sophis sebagai para prostitut. Prostitut dalam artian orang yang menjual kebijaksanaan dengan uang. Plato, sebagai refleksi atas apa yang telah menimpa gurunya, mengategorikan kebenaran menjadi kebenaran relatif yang didapat dalam sophisme, dan kebenaran sejati yang manusia temukan dalam filsafat.
Sedangkan langkah progresif Aristotles terhadap perkembangan retorika adalah kontribusi ilmiah beliau dalam De Arte Rhetorica yang daripadanya kita mengenal Lima Hukum Retorika; inventio, dispositio, elocutio, memoria, pronuntiatio.

C. Retorika Zaman Romawi
Pada zaman Romawi, Retorika sempat mengalami gejala statis. Tidak banyak kemajuan yang berarti tercipta, pasca De Arte Rhetorica, dua ratus tahun sebelumnya, digubah oleh Aristotles. Rupanya hal ini mengindikasikan akan kuat dan komprehensifnya pembahasan yang tertuang di dalam masterpiece murid kesayangan Plato tersebut.
Adapun pustaka mengenai retorika yang muncul pada zaman romawi diantaranya Ad Herrenium yang ditulis dalam bahasa Latin. Namun, cakupan buku ini terlalu sederhana untuk kemudian bisa menjadikannya karya fenomenal. Ad Herrenium hanya berbicara tentang warisan retorika gaya Yunani. Dan itupun lebih menekankan aspek praktisnya saja.
Kendati demikian, pada zaman ini banyak terlahir orator-orator ulung seperti Antonius, Crassus, Rufus, Hortensius, dan Cicero. Yang terakhir inilah yang sepertinya merupakan best of the best dari sekian orator yang hidup pada zaman Romawi. Sampai-sampai Kaisar Roma pun memuji Cicero, "Anda telah menemukan semua khazanah retorika, dan Andalah orang pertama yang menggunakan semuanya. Anda telah memperoleh kemenangan yang lebih disukai dari kemenangan para jenderal. Karena sesungguhnya lebih agung memperluas batas-batas kecerdasan manusia daripada memperluas batas-batas kerajaan Romawi".
Will Durant mendeskripsikan keunikan Cicero bahwa ia menyajikan orasinya secara bergelora, ia juga menggunakan humor dan anekdot, selain itu ia lihai menyentuh perasaan pendengar, terampil dalam mengalihkan perhatian, tak jarang memberondong pertanyaan retoris yang sult dijawab, dan pandai menyederhanakan materi yang sulit.
Statisnya perkembangan retorika di zaman Romawi akhirnya dapat dirobohkan setelah Quintillianus mendirikan sekolah retorika. Sebagaimana singa podium lainnya, barang tentu Quintillianus memiliki perspektif sendiri tentang apa itu retorika? dan apa-apa sajakah yang seyogyanya dimiliki oleh seorang orator?
Secara singkat, berikut adalah jawaban dari pertanyaan tersebut. Quintillianus mendefinisikan retorika sebagai ilmu berbicara yang baik. Siapa-siapa yang ingin mendalami retorika haruslah dari besar dalam keluarga yang terdidik dan pendidikan orator pun harus dimulai sedini mugkin, kalau bukan sebelum ia terlahir. Dan calon orator harus dibekali musik, gimnastik, sastra, sains, filosofi, dan gemar baca-tulis, yang kesemuanya itu akan mengantarkannya menjadi manusia yang mendekati sempurna.

D. Retorika Abad Pertengahan dan Zaman Daulat Islamiah
Tak satupun manusia menyangsikan bahwa ilmu pengetahuan, termasuk di dalamnya Retorika, mengalami pembungkaman umum pada medieval ages di Eropa yang selalu diidentikan dengan doktrin sakral gereja. Hal ini menjadi amat masuk akal, jika kita menilik pada syarat tumbuh kembangnya Retorika, yakni miliu demokratis yang membebaskan setiap individu seluas-luasnya untuk berkarya. Maka, dengan hilangnya miliu demokratis ini, mandul pulalah perkembangan Retorika yang pada saat bersamaan dianggap kesenian jahiliyah.
Doktrin gereja yang membutakan manusia akan kebenaran alam raya ini akhirnya membawa manusia pada era kegelapan. Di mana banyak ilmuwan yang menjadi korban inkuisisi gereja atas ketidakklopan teori mereka dengan isi bible yang sakral. Vakumlah, jika tidak mati, ilmu pengetahuan untuk sementara.
Seperti yang telah penulis singgung sebelumnya bahwa peradaban bak rantai yang saling bertautan yang saling menyambung satu dan lainnya. Pada saat-saat kegelapan membutakan Eropa. Geliat kemajuan peradaban dan ilmu pengetahuan bergulir kembali ke daerah Asia Barat dan Afrika Utara. Di mana ketiga Abrahamic Faiths muncul. Bergulirnya kemajuan peradaban dan ilmu pengetahuan ke sana tentu bukan tanpa alasan. Dan alasan yang paling prinsipil adalah adanya kepemimpinan –boleh jadi imamah, riasah, khilafah, ataupun imarah- yang baik.
Ihya’ atau penghidupan kembali ilmu-ilmu yang sempat mati suri akibat doktrin sesat gereja terjadi di Timur pada zaman Daulat Abbasiyah dan mencapai puncaknya pada masa khilafah Harun Al-Rasyid.Konon, Pada masanya hidup ahli-ahli bahasa terkenal yang memelopori penyusunan tata bahasa, seni bahasa, dan nada sajak. Diantaranya Khalaf Al Ahmar, Al Ashmai, Al Khalil Bin Ahmad Al Farahidi, Akhfasyi Al Akbar, Akhfasy Al Awsath, Sibawaihi dan Al Kisai .
Menurut Imam Subakir Ahmad, MA, pakar peradaban Islam, founding fathers Daulat Islamiyah –As Safah, Al Mansur, dan Al Mahdi- adalah pakar pidato. Dan pidato pada saat itu digunakan berbagai kesempatan seperti upacara kenegaraan, penerimaan duta, pembagian harta rampasan perang, ritual keagamaan, bebagai peringatan dan perkumpulan.
Seiring dengan jumlah ilmuwan, pakar, ahli bahasa, dan ulama yang sangat besar, banyak pula hasil temuan ilmiah maupun hasil terjemahan buku-buku berbahasa Yunani ke dalam Bahasa Persia maupun Arab. Hal ini didukung oleh apresiasi luar biasa yang diberikan oleh seorang khalifah terhadap ilmuwan yang berhasil menulis maupun menerjemahkan buku. Konon, khalifah memberikan imbalan mas sepadan dengan berat buku yang berhasil digubah .
Diantara kemajuan ilmu pengetahuan tersebut, Retorika memiliki posisi yang lebih daripada ilmu pengetahuan lainnya. Hal ini karena khitobah atau retorika dalam tradisi keilmuwan Islam didasari oleh banyak sekali disiplin ilmu seperti As Sharf, An Nahwu, Al Ma’ani, Al Bayan, Al Balaghah, Qardul Syiri, dan sebagainya, yang kesemuanya itu merujuk pada Al-Qur’anul Karim.
Bahkan Islam sendiri dibawa oleh Nabi yang sangat fasih dalam berbahasa Arab . Begitu pun dengan pengganti-penggantinya –Abu Bakr, Umar Bin Khattab, Ustman Bin Affan, dan Ali Bin Abi Thalib- yang keseluruhannya piawai dalam berorasi. Tidak sedikit pidato-pidato mereka yang terdokumentasikan dengan begitu apiknya, sehingga kita yang hidup pada abad ke-21 ini pun masih bisa menikmati keindahan kata, keagungan makna, dan kekuatan semangat yang mereka miliki melalui arsip pidatonya itu.
Pada kenyataannya, pidato merupakan instrumen yang sangat menentukan perjalanan sejarah manusia. Tak sedikit peperangan yang dimenangkan oleh pihak yang secara kuantitas tidak sepadan dengan jumlah pasukan musuhnya hanya karena pemimpin yang berhasil memompa adrenalin sekaligus membakar semangat jiwa dan raga pasukannya itu. Kita tentu akan diingatkan dengan aksi Thariq bin Jiyad yang membakar seluruh kapal dan perahu pasukannya sesampainya mereka ke Andalus seraya berkata: “Kita ke sini bukan untuk kembali.....” Dan kemenanganlah akhirnya yang mereka tuai .
Berikut adalah karakteristik pidato pada Era Abbasiah:
1. Pidato itu mengalir pada alur berbingkai agama;
2. Adakalanya pidato sangat bernuansa politis seperti rayuan pada sultan dan sebagainya;
3. Memiliki kekuatan dalam menyentuh kalbu dan memancing tangis pendengar;
4. Kata yang digunakan benar-benar apik, perumpamaan yang mudah dipahami, dan kalimat yang penuh arti;
5. Dimulai dengan hamdalah dan pujian untuk Allah;
6. Keutamaan dalam penggunaan ushlub atau struktur kalimat Qurani;
7. Adakalanya orator berbicara dengan ijaz (Arab. Penyederhanaan kalimat) atau dengan Ishab (pemanjangan kalimat)
8. Sesuai dengan tradisi yang berlaku, orator biasanya menggunakan penutup kepala,memakai sorban, dan memegang tongkat –sebagaimana yang kita lihat pada khutbah jumat di beberapa masjid- sembari berdiri .

E. Retorika Modern
Seperti halnya filsafat, bahkan ajaran agama yang terbagi ke dalam beberapa school of thought, retorika pun pada perkembangannya pada sekitar abad ke-19 sampai 20 terpecah ke dalam sejumlah aliran yang diusung oleh pakar retorika pada zamannya.
Berikut adalah beberapa aliran retorika, karakteristiknya, dan tokoh yang memperkenalkannya. Yang pertama adalah aliran epistemologis, aliran ini menekankan proses psikologi dalam retorika. Beberapa tokoh yang berhaluan aliran ini adalah George Campbell dan Richard Whately. Baik Campbell maupun Whately menekankan pentingnya menelaah proses berfikir khalayak.
Aliran kedua bernama belles lettres disingkat belletris (Prancis. tulisan yang indah). Retorika belletris sangat mengutamakan keindahan bahasa, segi-segi estetis pesan, kadang-kadang dengan mengabaikan segi informatifnya. Tokohnya yang paling terkenal adalah Hugh Blair yang memperkenalkan fakultas citarasa (taste), yaitu kemampuan untuk memperoleh kenikmatan dari pertemuan dengan apa pun yang indah.
Sedangkan aliran ketiga –berbeda dengan kedua aliran sebelumnya yang lebih menekankan aspek persiapan pidato- lebih mengetengahkan teknik penyampaian pidato. Aliran ini bernama gerakan elokusionis. Diantara tokoh-tokohnya yang paling masyhur adalah Gilbert Austin dan James Burgh. Burgh, dalam hal ini, pernah menjelaskan tentang 71 emosi dan cara menyampaikannya. Karena aliran yang terakhir ini lebih berfokus pada aspek artifisial saja, dampaknya orator jadi terkesan tidak bicara secara spontan namun dibuat-buat.
Pada abad ke-20, retorika mengambil manfaat dari perkembangan ilmu pengetahuan modern - khususnya ilmu-ilmu perilaku seperti psikologi dan sosiologi. Istilah retorika pun mulai digeser oleh speech, speech communication, atau oral communication, atau public speaking. Pakar retorika yang mencuat pada abad ini adalah James A. Winans, Charles Henry Woolbert, William Noorwood Brigance, Alan H. Moonroe, dan Dr. Charles Hurst.




Model Komunikasi Retorika (Aristoteles)

Model Komunikasi Menurut Aristoteles

Model komunikasi yang digunakan oleh Aristoteles pada dasarnya adalah model komunikasi paling klasik, model ini disebut model retoris (rhetorical model). Inti dari komunikasi ini adalah persuasi, yaitu komunikasi yang terjadi ketika seorang pembicara menyampaikan pembicaraannya kepada khalayak dalam mengubah sikap mereka. Ilmu retorika pada awalnya dikembangkan di Yunani berkaitan dengan ilmu tentang seni berbicara (Techne Rhetorike).
Dalam bukunya yang berbicara mengenai Rhetorica, Aristoteles berusaha mengkaji mengenai ilmu komunikasi itu sendiri dan merumuskannya kedalam model komunikasi verbal. Model komunikasi verbal dari Aristoteles ini merupakan model komunikasi  pertama dalam ilmu komunikasi. Ia juga menuliskan bahwa suatu komunikasi akan berjalan apabila ada 3 unsur utama komunikasi yaitu pembicara (speaker), pesan (message), dan pendengar. Aristoteles memfokuskan komunikasi pada komunikasi retoris atau yang lebih di kenal saat ini dengan komunikasi publik (public speaking) atau pidato, sebab pada masa itu seni berpidato terutama persuasi merupakan keterampilan penting yang dibutuhkan pada bidang hukum seperti pengadilan, dan teori retorika berpusat pada pemikiran mengenai retorika (mempersuasif).
Perlu diingat bahwa model komunikasi ini semakin lama semakin berkembang, tapi selau akan ada tiga aspek yang selalu sama dari masa ke masa, yaitu : sumber pengirim pesan, pesan yang dikirimkan, dan penerima pesan. 1

DIAGRAM MODEL KOMUNIKASI ARISTOTELES


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgjLqAq6qScqg6HLyrdQ0Gya-cnnOaiDGNfUV49JOVa2ALrnmJBPGRz7qLw9odXVMh72JLQBVEdL1UL4Rs_NvtE9UBudwkUTJdFu5tMgpatToe9LSG0SnbRDeRc1e-BG687I4rJx2KAsOs/s400/op.gif



TRADISI RETORIKA

Ada 2 tradisi retorika, yaitu :
  • Kebenaran haruslah logis, realistis dan rasional
  • Kebenaran itu absolut, tidak peduli apakah kebenaran ini punya nilai praktis. 2

 Ada enam keistimewaan yang mencirikan tradisi ini:
  • Keyakinan bahwa berbicara membedakan manusia dari binatang.
  • Ada kepercayaan bahwa pidato publik yang disampaikan dalam forum demokrasi adalah cara yang lebih efektif untuk memecahkan masalah politik.
  • Retorika merupakan sebuah strategi di mana seorang pembicara mencoba mempengaruhi audience melalui pidato yang jelas-jelas bersifat persuasif. Public speaking pada dasarnya merupakan komunikasi satu arah.
  • Pelatihan kecakapan pidato adalah dasar pendidikan kepemimpinan. Seorang pemimpin harus mampu menciptakan argumen-argumen yang kuat lalu dengan lantang menyuarakannya.
  • Menekankan pada kekuatan dan keindahan bahasa untuk menggerakkan orang banyak secara emosional dan menggerakkan mereka untuk beraksi/bertindak. Pengertian Retorika lebih merujuk kepada seni bicara daripada ilmu berbicara.
  • Sampai tahun 1800-an, perempuan tidak memiliki kesempatan untuk menyuarakan haknya. Jadi retorika merupakan sebuah keistimewaan bagi pergerakan wanita di Amerika yang memperjuangkan haknya untuk bisa berbicara di depan publik. 3

ELEMEN POKOK RETORIKA

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiB7SRWod3vqp6Tuuen0VcwZq36g_kieCfF5MR78cNCeSRZki0nZvN2dWfE-DI12slTyJwR4splLNY-rzx0X2ubAMZOsIFaSb4ZTs2Hwxsve0sY9VQukApUJVzA5EDpU60uF2XuPognBRA/s400/rhetoric_of_rhetoric-300x178.gif

ASUMSI-ASUMSI TEORI RETORIKA
Ada 2 asumsi yang terdapat teori retorika, yaitu :
  • Public speaker atau pembicara yang efektif perlu mempertimbangkan khalayak mereka. Asumsi ini mengarah kepada konsep analisis khalayak (audience analysis).
  • Public speaker atau pembicara yang efektif menggunakan sejumlah bukti-bukti dalam presentasinya. Bukti-bukti yang dimaksudkan ini merujuk pada cara-cara persuasi yaitu ethos, pathos dan logos. 4 

  1. Ethos adalah karakter, inteligensi  dan niat baik yang dipersepsikan dari seorang pembicara. Hal ini bisa di pelajari dan dibiasakan.
  2. Logos adalah bukti logis atau penggunaan argumen dan bukti, rasionalisasi dan wacana yang di gunakan dalam sebuah pidato.
  3. Pathos adalah bukti emosional atau emosi yang dimunculkan dari para anggota khalayak.

Contoh : Jokowi berpidato tentang bahaya korupsi di universitas.


ARGUMEN TIGA TINGKAT
Logos adalah salah satu dari tiga bukti yang menurut Aristoteles menciptakan pesan yang lebih efektif. Berpegang pada bukti-bukti logis ini merupakan sesuatu yang disebut silogisme (syllogism). Namun, kemudian muncul istilah yang juga popular yaitu entimem (entymeme).
Silogisme adalah sekelompok proporsi yang berhubungan satu sama lain dan menarik sebuah kesimpulan dari premis-premis mayor dan minor. Silogisme sebenarnya merupakan sebuah argument deduktif yang merupakan sekelompok pernyataan (premis) yang menuntun pada sekelompok pernyataan lainnya (kesimpulan).
Entimem adalah silogisme yang didasarkan pada kemungkinan (probability), tanda (sign) dan contoh (example), dan berfungsi sebagai persuasi. Kemungkinan adalah pernyataan-pernyataan yang secara umum benar tetapi masih membutuhkan pembuktian tambahan. Tanda adalah pernyataan yang menjelaskan alasan bagi sebuah fakta. Contoh adalah pernyataan-pernyataan baik yang faktual maupun yang diciptakan oleh pembicara. Entimem dalam hal ini memungkinkan khalayak untuk mendeduksi kesimpulan dari premis-premis yang atau dari pengalaman mereka sendiri. James McBurney, mengingatkan bahwa entimem merupakan dasar dari semua wacana persuasive. Karenanya entimem juga berhubungan dengan ethos dan pathos. Larry Anhart, percaya akan adanya kesalingterhubungan antara entimem dan bentuk-bentuk bukti ketika ia menyimpulkan bahwa kekuatan persuasif entimem terletak didalam kemampuannya untuk menjadi logis dan etis 
“Entimem dapat digunakan tidak hanya untuk membangun sebuah kesimpulan sebagai kebenaran yang mungkin tetapi juga untuk mengubah emosi para pendengar atau untuk membangun rasa percaya mereka akan karaketer dari pembicara”
Silogisme dan entimem secara struktur sama. Akan tetapi, silogisme berhubungan dengan kepastian sedangkan entimem berhubungan dengan kemungkinan.

KANON RETORIKA
Kanon merupakan tuntunan atau prinsip-prinsip yang harus diikuti oleh pembicara agar pidato persuasif dapat menjadi efektif, yaitu :
  • Penemuan : Konstruksi/penyusunan dari suatu argumen yang relevan dengan tujuan dari suatu pidato. Terdiri dari topik dan civic space. Dengan menggunakan logika dan bukti dalam pidato dapat membuat sebuah pidato menjadi lebih kuat dan persuasif. Topik adalah bantuan terhadap yang merujuk pada argumen yang digunakan oleh pembicara. Para pembicara juga bergantung pada civic space dimana itulah  kesempatan untuk membujuk orang lain.
  • Pengaturan : Kemampuan pembicara untuk mengorganisasikan pidatonya. Terdiri dari pengantar, batang tubuh dan kesimpulan.
  1. Pengantar merupakan bagian dari strategi organisasi dalam suatu pidato yang cukup menarik perhatian khalayak, menunjukkan hubungan topik dengan khalayak, dan memberikan bahasan singkat mengenai tujuan pembicara.
  2. Batang tubuh merupakan bagian dari strategi organisasi dari pidato yang mencakup argumen, contoh dan detail penting untuk menyampaikan suatu pemikiran.
  3. Kesimpulan merupakan bagian dari strategi organisasi dalam pidato yang ditujukan untuk merangkum poin-poin penting yang telah disampaikan pembicara dan untuk menggugah emosi di dalam khalayak.

  • Gaya : Penggunaan bahasa untuk menyampaikan ide dalam cara tertentu. Biasanya bahasa yang di gunakan adalah majas metafora.  
  • Penyampaian : Presentasi non verbal dari ide-ide seorang pembicara. Penyampaian biasanya mencakup beberapa perilaku seperti kontak mata, tanda vokal, ejaan, gerak tubuh, dll. Penyampaian yang efektif mendukung kata-kata pembicara dan membantu mengurangi ketegangan pembicara.
  • Ingatan :  Menyimpan penemuan, pengaturan dan gaya di dalam benar si pembicara. Dengan ingatan, seseorang pembicara dapat mengetahui apa saja yang akan dikatakan dan kapan mengatakannya, meredakan ketegangan pembicara dan memungkinkan pembicara untuk merespons hal-hal yang tidak terduga. 5


KEGUNAAN RETORIKA
Konrad Lorenz pernah mengatakan
Apa yang diucapkan tidak berarti juga di dengar, apa yang di dengar tidak berarti juga di mengerti, apa yang di mengerti tidak berarti juga di setujui, apa yang di setujui tidak berarti juga di terima, apa yang di terima tidak berarti juga di hayati dan apa yang di hayati tidak berarti juga mengubah tingkah laku”

Retorika penting supaya apa yang di ucapkan dapat di dengar, apa yang di dengar dapat di setujui, apa yang disetujui dapat di terima, apa yang diterima dapat di hayati dan apa yang di hayati dapat mengubah tingkah laku. 6

JENIS RETORIKA
  • Retorika forensik: keadaan ketika para pembicara mendorong munculnya rasa bersalah atau tidak bersalah dari khalayak. Pidato forensik atau juga disebut pidato Yudisial biasanya ditemui dalam kerangka hukum. Retorika forensik berorientasi pada masa waktu lampau.
o   Contoh : bahasa komunikasi saat di pengadilan
  • Retorika epideiktik : wacana yang berhubungan dengan pujian atau tuduhan  Sering disebut juga pidato seremonial. Pidato jenis ini disampaikan kepada publik dengan tujuan untuk memuji, menghormati, menyalahkan dan mempermalukan. Pidato jenis ini berfokus pada isu-isu sosial yang ada pada masa waktu sekarang.
o   Contoh : bahasa komunikasi ketika memberikan pidato seremonial
  • Retorika deliberatif : saat pembicara harus menentukan suatu tindakan yang harus diambil, sesuatu yang harus atau tidak boleh di lakukan oleh khalayak. Pidato ini sering disebut juga dengan pidato politis. Pidato deliberatif berorientasi pada masa waktu yang akan datang.

o   Contoh : bahasa komunikasi saat berpidato politis. 7

KEDUA BELAS HUKUM RETORIKA 8
  1. Kepandaian berbicara dapat di pelajari
  2. Latihlah dirimu dalam teknik berbicara
  3. Hilangkan perasaan cemas dengan melatih berbicara sambil berpikir
  4. Pidato bukan membaca
  5. Rumuskan tema dengan tajam
  6. Skema dengan jelas
  7. Awal yang menarik dan akhir yang mengesankan
  8. “Saya tahu, saya mau, saya berhasil”
  9. Tingkatkan argumentasi dan siaga menghadapi keberataan
  10. Bahagia ketika berpidato
  11. Berbicara yang jelas
  12. You were born to be a winner

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEic0qvGd34sMaobPJ9YzHrgvDfMCe4cXptx9JJw4ZxOiA48PB2j0CoeOdWr8Ud4W7wiK5lAua2fA2VofSAUS3vZjJnQLn7mXHv3GoI1S8Ihn8KaS9NdZaMQVRC8DGuoLLLHdRDp9rii-Ck/s640/Screen+Shot+2012-10-02+at+12.11.43+AM.png


KELEBIHAN
  • Bila kita hubungkan lagi dengan komunikasi pada zaman sekarang, model komunikasi yang dikemukakan oleh Aristoteles merupakan model komunikasi yang cukup sederhana, bahkan dapat di katakan terlalu sederhana jika dibandingkan dengan model-model yang diberikan tokoh yang lain karena model ini tidak memuat unsur-unsur lain yang telah dikenal dalam model komunikasi seperti saluran umpan balik, efek dan kendala/gangguan komunikasi yang mungkin timbul, dan lainnya.
  • Meskipun demikian, model ini dapat membuat membuat orang bertanya-tanya, seperti apa itu pedoman dalam berpidato misalnya unsur-unsur apa yang harus ada dalam pidato agar persuasif bagi khalayak? Apakah bentuk susunan pidato tertentu lebih baik dari bentuk lainnya? Apakah gaya bahasa dalam suatu pidato mempengaruhi derajat persuasif?
  • Pada dasarnya komunikasi yang diberikan oleh Aristoteles telah banyak memberikan kesempatan para pakar komunikasi lainnya untuk menciptakan model-model komunikasi baru. Yakni tetap mengandung 3 unsur yang sama yakni sumber yang mengirimkan pesan, pesan yang dikirim dan penerima pesan tersebut. Yang pada intinya, model komunikasi dari Aristoteles mendasari dan merupakan akar dari model komunikasi yang lainnya.
  • Dapat menimbulkan banyak pertanyaan yang dapat menyempurnakan proses pembuatan teori komunikasi. 9
  • Pengujian waktu berjalan. Teori ini telah melalui rentang waktu 2000 tahun dengan poros Aristoteles. Teori retorika mengenai emosi, logika dan kepercayaan ini tidak dapat di abaikan begitu saja.
  • Munculnya teori Heurisme yang dimana teori ini telah mencakup beberapa sub-area dalam komunikasi. Seperti ketakutan dalam berkomunikasi dan telah mendorong penelitian yang bersifat empiris maupun praktis. 10

KELEMAHAN
  • Salah satu kelemahan model ini adalah bahwa komunikasi dianggap sebagai fenomena statis. Dimana hanya terdapat transfer pesan dari pembicara ke pendengar saja. Misalnya, seorang pembicara sedang berbicara tentang sesuatu hal dan kemudian ia menyampaikan pesan kepada para khalayak. Kemudian, khalayak mendengarkan apa yang menjadi pesan dari si pembicara. Tahap-tahap komunikasi dalam peristiwa ini terjadi secara berurutan dimana itu terjadi terus-menerus terjadi secara statis ketimbang terjadi secara simultan.
  • Model komunikasi ini memunculkan persepsi yang salah bahwa kegiatan yang terstruktur yang selalu disengaja. Seperti, pembicara menyampaikan dan pendengar hanya mendengarkan tanpa di jelaskan lebih jauh mengenai gangguan yang mungkin terjadi dalam proses penyampaian pesan, efek yang akan terjadi dan sebagainya.
  • Di dalam model komunikasi yang diutarakan oleh Aristoteles ini tidak membahas mengenai aspek-aspek non-verbal dalam persuasi yang berperan dalam proses komunikasi. 11
  • Konsistensi logis : Tidak konsisten, kurang ter-organisasi, pendefinisian yang kurang tepat.12






Daftar Pustaka

9  Michael Burgoon (1974), Appproaching Speech/ Communication. New York: Holt, Rinehart & Winston.
11 Mulyana Deddy (2008), Ilmu Komunikasi, Suatu Pengantar. Jakarta : Remaja Rosdakarya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar